Deep Vein Thrombosis (DVT) atau trombosis vena dalam adalah kondisi serius yang dapat terjadi ketika darah membeku di dalam vena dalam, umumnya di kaki.
Risiko DVT dapat meningkat karena berbagai faktor, termasuk kurang gerak, kehamilan, atau kondisi medis tertentu. Kesadaran akan faktor risiko ini sangat penting, karena pengenalan dini terhadap gejala dapat membantu mencegah perkembangan kondisi yang lebih serius.
Segera hubungi nomor WhatsApp Klinik Patella di 0811-8124-2022 untuk mendapatkan info lebih lanjut tentang info seputar nyeri lutut atau pengobatan lain, dan juga membuat janji konsultasi dengan dokter.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi penyebab, gejala, dan cara pengobatan DVT. Dengan memahami lebih dalam tentang kondisi ini, Anda dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat dan berkontribusi pada kesehatan pembuluh darah Anda.
Daftar Isi
- Apa itu Deep vein thrombosis?
- Penyebab Deep vein thrombosis
- Gejala dan tanda Deep vein thrombosis
- Diagnosis Deep vein thrombosis
- 1. USG Dupleks
- 2. Venografi
- 3. Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau Magnetic Resonance Venography (MRV)
- 4. Computed Tomography (CT) Scan
- Pengobatan Deep vein thrombosis
- 1. Obat pengencer darah
- 2. Obat penghilang gumpalan (trombolitik)
- 3. Filter
- 4. Kaus kompresi
- Keterkaitan Deep vein thrombosis dengan cedera lutut dan ACL
- Komplikasi Deep vein thrombosis
- 1. Emboli paru
- 2. Sindrom pascaphebitis
- 3. Komplikasi pengobatan
- Pencegahan Deep vein thrombosis
- 1. Gerakkan kaki Anda
- 2. Saat bepergian, ambil jeda untuk meregangkan kaki
- 3. Jangan merokok
- 4. Kelola berat badan
- Penanganan nyeri lutut dan kaki terbaik Hanya di Klinik Patella
- FAQ: Pertanyaan Seputar Deep Vein Thrombosis (DVT)
Apa itu Deep vein thrombosis?
Deep vein thrombosis (DVT) atau trombosis vena terjadi ketika gumpalan darah yang membeku (trombus) terbentuk di vena yang dalam di dalam tubuh, biasanya karena vena yang terluka atau aliran darah yang terlalu lambat.
Gumpalan darah ini dapat menghalangi aliran darah melalui vena secara sebagian atau total. Biasanya, DVT terjadi di kaki bagian bawah, paha, atau panggul. Namun DVT juga bisa terjadi di bagian tubuh lain, termasuk lengan, otak, usus, hati, atau ginjal.
Penyebab Deep vein thrombosis
Beberapa kondisi berikut ini dapat menjadi penyebab dan juga meningkatkan risiko seseorang terkena Deep Vein Thrombosis, yaitu:
- Memiliki kondisi genetik yang diturunkan dapat meningkatkan risiko bekuan darah.
- Mengidap kanker dan beberapa jenis perawatannya, seperti kemoterapi
- Memiliki riwayat deep vein thrombosis pada diri sendiri atau dalam keluarga.
- Mengalami aliran darah yang terbatas di vena dalam akibat cedera, operasi, atau imobilisasi.
- Tidak bergerak dalam waktu yang lama, seperti duduk lama saat perjalanan dengan mobil, truk, bus, kereta, atau pesawat, atau tetap tidak bergerak setelah operasi atau cedera serius.
- Sedang hamil atau baru saja melahirkan.
- Berusia di atas 40 tahun, meskipun DVT dapat memengaruhi orang dari segala usia
- Memiliki kelebihan berat badan atau obesitas.
- Menderita penyakit autoimun, seperti lupus, vaskulitis, atau penyakit usus inflamasi.
- Menggunakan produk tembakau.
- Memiliki varises.
- Menggunakan pil kontrasepsi atau terapi hormon.
- Memiliki kateter vena sentral atau alat pacu jantung.
- Terinfeksi COVID-19.
Gejala dan tanda Deep vein thrombosis
DVT biasanya terbentuk di vena kaki atau lengan Anda. Sebagian kecil orang dengan DVT tidak mengalami gejala, tetapi kadang-kadang gejalanya sangat ringan dan mungkin tidak menimbulkan kekhawatiran.
Gejala yang terkait dengan DVT akut meliputi:
- Pembengkakan di kaki atau lengan (kadang-kadang ini terjadi secara mendadak).
- Nyeri atau kelembutan di kaki atau lengan (mungkin hanya terasa saat berdiri atau berjalan).
- Bagian kaki atau lengan yang bengkak atau nyeri mungkin lebih hangat dari biasanya.
- Kulit yang kemerahan atau berubah warna.
- Vena di dekat permukaan kulit mungkin lebih besar dari normal.
- Nyeri perut atau nyeri di sisi (ketika bekuan darah memengaruhi vena yang dalam di perut Anda).
- Sakit kepala parah (biasanya tiba-tiba) dan/atau kejang (ketika bekuan darah memengaruhi vena di otak Anda).
Beberapa orang tidak menyadari bahwa mereka memiliki DVT sampai gumpalan darah berpindah dari kaki atau lengan mereka dan mengalir ke paru-paru.
Gejala emboli paru akut meliputi nyeri dada, sesak napas, batuk berdarah, pusing, dan pingsan.
Penting untuk segera berknsultasi dengan dokter atau pergi ke ruang gawat darurat jika Anda mengalami gejala DVT. Dapatkan penaganan medis sesegera mungkin untuk mencegah komplikasi serius.
Diagnosis Deep vein thrombosis
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan meninjau rekam medis. Anda juga akan diminta untuk menjalani tes pencitraan seperti:
1. USG Dupleks
Ini adalah tes paling umum untuk mendiagnosis DVT karena non-invasif. Tes USG duplex ini menggunakan gelombang ultrasonik untuk menunjukkan aliran darah dan gumpalan darah di vena Anda.
Teknologi ultrasonografi vaskular akan memberikan tekanan saat memindai lengan atau kaki Anda. Jika tekanan tidak membuat vena Anda tertekan, ini bisa berarti ada gumpalan darah.
Jika hasil USG duplex tidak bisa memastikan kondisi DVT, dokter dapat menggunakan tes pencitraan lain.
2. Venografi
Dalam tes pencitraan ini, dokter akan membius kulit di leher atau pangkal paha dan menggunakan kateter untuk menyuntikkan pewarna khusus (kontras) ke dalam vena Anda.
Tujuan penyuntikkan pewarna khusus ini adalah untuk melihat apakah ada gumpalan darah yang menghalangi aliran darah secara sebagian atau total.
Venografi jarang digunakan saat ini, tetapi kadang-kadang diperlukan.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau Magnetic Resonance Venography (MRV)
MRI menunjukkan gambar organ dan struktur di dalam tubuh Anda, sedangkan MRV menunjukkan gambar vena di lokasi tertentu.
Dalam banyak kasus, MRI dan MRV dapat memberikan informasi lebih lengkap daripada USG dupleks atau CT scan.
4. Computed Tomography (CT) Scan
Ini adalah jenis sinar-X yang menunjukkan struktur di dalam tubuh Anda. Dokter mungkin menggunakan CT scan untuk mencari DVT di perut, panggul, atau otak Anda, serta gumpalan darah di paru-paru (emboli paru).
Pengobatan Deep vein thrombosis
Ada tiga tujuan utama dalam pengobatan DVT:
- Mencegah gumpalan darah menjadi lebih besar.
- Mencegah gumpalan darah terlepas dan berpindah ke paru-paru.
- Mengurangi kemungkinan terjadinya DVT lainnya.
Untuk mencapai tiga tujuan utama tersebut, pilihan jenis pengobatan DVT adalah sebagai berikut:
1. Obat pengencer darah
Obat-obatan ini, juga disebut antikoagulan, membantu mencegah gumpalan darah semakin besar. Obat pengencer darah mengurangi risiko pembentukan gumpalan baru. Obat pengencer darah dapat diberikan melalui infus atau injeksi.
2. Obat penghilang gumpalan (trombolitik)
Obat-obatan ini digunakan untuk jenis DVT atau emboli paru yang lebih serius, atau jika obat lain tidak efektif.
Obat penghilang gumpalan diberikan melalui tabung (kateter) yang ditempatkan langsung ke dalam gumpalan.
Trombolitik adalah jenis obat yang dapat memicu perdarahan serius, sehingga biasanya hanya digunakan untuk orang dengan penggumpalan darah yang parah
3. Filter
Jika Anda tidak dapat mengonsumsi obat pengencer darah, filter dapat dipasang di vena besar—vena cava—di perut Anda. Filter vena cava mencegah gumpalan darah yang terlepas untuk menyumbat paru-paru.
4. Kaus kompresi
Jenis kaus kaki khusus ini membantu mencegah darah mengumpul di kaki. Kaus kompresi ini juga membantu mengurangi pembengkakan kaki.
Kenakan kaus ini dari kaki hingga sekitar setinggi lutut. Untuk DVT, biasanya Anda akan memakai kaus ini sepanjang hari selama beberapa tahun, jika memungkinkan.
Keterkaitan Deep vein thrombosis dengan cedera lutut dan ACL
DVT sendiri juga memiliki keterkaitan dengan kondisi kesehatan kaki lainnya, seperti dengan kondisi cedera lutut dan cedera ACL (Anterior cruciate ligament).
Jadi resiko terjadinya DVT akan meningkat pada pasien cedera lutut dan cedera ACL yang menjalani pilihan pengobatan operasi.
Komplikasi Deep vein thrombosis
Jika tidak segera mendapatkan penangannan medis yang benar, DVT dapat memicu beberapa komplikasi yaitu:
1. Emboli paru
Emboli paru adalah komplikasi yang berpotensi mengancam jiwa yang terkait dengan DVT. Ini terjadi ketika gumpalan darah di kaki atau bagian tubuh lain terlepas dan tersangkut di pembuluh darah di paru-paru.
Segera pergi ke dokter jika sudah mengalami gejala seperti sesak napas mendadak, nyeri dada saat bernapas atau batuk, pernapasan cepat, denyut nadi cepat, merasa pusing atau pingsan, serta batuk berdarah.
2. Sindrom pascaphebitis
Kerusakan pada vena akibat gumpalan darah mengurangi aliran darah di area yang terkena. Gejalanya meliputi nyeri kaki, pembengkakan kaki, perubahan warna kulit, dan luka pada kulit.
3. Komplikasi pengobatan
Obat pengencer darah sering digunakan untuk menangani kondisi DVT. Perdarahan adalah efek samping yang mengkhawatirkan dari pengencer darah. Penting untuk melakukan tes darah secara rutin saat mengonsumsi obat pengencer darah.
Pencegahan Deep vein thrombosis
Untuk mencegah munculnya DVT, perubahan gaya hidup dapat membantu. Berikut ini beberapa cara pencegahan DVT yang bisa kamu lakukan:
1. Gerakkan kaki Anda
Jika Anda telah menjalani operasi atau dalam keadaan istirahat di tempat tidur, coba bergerak secepat mungkin. Jangan menyilangkan kaki saat duduk, karena dapat menghalangi aliran darah.
2. Saat bepergian, ambil jeda untuk meregangkan kaki
Saat di pesawat, berdiri atau berjalanlah sesekali. Jika Anda bepergian dengan mobil, berhenti setiap jam dan berjalanlah.
Jika Anda tidak bisa berjalan, lakukan latihan kaki bagian bawah dengan mengangkat dan menurunkan tumit sambil menjaga jari kaki tetap di lantai. Kemudian angkat jari kaki sambil menjaga tumit tetap di lantai.
3. Jangan merokok
Apa sebabnya? Karena efek merokok meningkatkan risiko DVT.
4. Kelola berat badan
Obesitas adalah faktor risiko untuk DVT. Olahraga teratur dapat mengurangi risiko bekuan darah. Sebagai tujuan umum, cobalah untuk melakukan aktivitas fisik sedang selama setidaknya 30 menit setiap hari.
Jika kamu ingin menurunkan berat badan, mempertahankan penurunan berat badan, atau mencapai tujuan kebugaran tertentu, kamu mungkin perlu berolahraga lebih banyak.
Penanganan nyeri lutut dan kaki terbaik Hanya di Klinik Patella
Nyeri lutut dan kaki Anda, sangat penting untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Konsultasi dan diagnosis dari dokter ortopedi berpengalaman adalah langkah pertama yang harus dilakukan. Klinik Patella siap memberikan semua kebutuhan tersebut.
Sebagai klinik yang berfokus pada masalah lutut dan kaki, Patella memang belum menyediakan layanan untuk kondisi DVT.
Namun dengan menggabungkan berbagai disiplin ilmu kedokteran, termasuk kedokteran fisik rehabilitasi, dan anestesi, tim dokter Klinik Patella siap memberikan penanganan terbaik untuk berbagai penyebab gangguan nyeri lutut dan kaki pasien.
Segera konsultasikan kondisi Anda dengan dokter ahli di Klinik Patella. Dokter kami akan melakukan pemeriksaan menyeluruh dan menentukan penanganan yang paling sesuai untuk membantu pemulihan Anda.
Segera hubungi nomor WhatsApp Klinik Patella di 0811-8124-2022 untuk mendapatkan info lebih lanjut tentang prosedur Arthroscopy atau pengobatan lain, dan juga membuat janji konsultasi dengan dokter.
Kamu juga dapat mengunjungi langsung Klinik Patella di Jalan Hj. Tutty Alawiyah No. 34B, Kalibata, Pancoran – Jakarta Selatan.
FAQ: Pertanyaan Seputar Deep Vein Thrombosis (DVT)
Gejala DVT dapat bervariasi pada setiap individu, namun beberapa tanda umum yang perlu diwaspadai meliputi:
Nyeri berdenyut pada satu kaki, terutama di area betis atau paha, yang semakin terasa saat berdiri atau berjalan.
Pembengkakan di salah satu kaki (jarang terjadi di kedua kaki secara bersamaan).
Kulit terasa hangat di sekitar area yang nyeri.
Perubahan warna kulit menjadi kemerahan atau lebih gelap, terutama di area yang terkena.
Sebagian besar pasien DVT mengalami perbaikan kondisi setelah memulai pengobatan dengan obat pengencer darah. Perbaikan gejala biasanya mulai terasa dalam hitungan hari hingga minggu, dan banyak kasus DVT dapat sembuh sepenuhnya dalam waktu tiga bulan. Namun, dalam beberapa situasi, DVT dapat meninggalkan gejala jangka panjang, seperti sindrom pascaphebitis, yang menyebabkan nyeri kronis atau pembengkakan pada kaki.
DVT terjadi ketika darah menggumpal di dalam vena dalam, yang dapat dipicu oleh beberapa faktor risiko berikut:
Kurangnya pergerakan dalam waktu lama, seperti setelah operasi, saat menjalani rawat inap, atau duduk terlalu lama saat bepergian jauh.
Riwayat keluarga dengan gangguan pembekuan darah.
Penggunaan kateter vena sentral atau alat pacu jantung.
Obesitas, yang meningkatkan tekanan pada pembuluh darah.
Kondisi medis tertentu, seperti kanker atau penyakit autoimun.
Merokok, yang dapat memperburuk kondisi pembuluh darah dan meningkatkan risiko pembekuan darah.
Ya, DVT adalah kondisi medis serius yang membutuhkan diagnosis dan penanganan segera. Jika tidak ditangani dengan baik, gumpalan darah yang terbentuk di vena dalam dapat pecah dan berpindah ke paru-paru, menyebabkan emboli paru yang berpotensi mengancam jiwa. Gejala emboli paru meliputi sesak napas tiba-tiba, nyeri dada, detak jantung cepat, pusing, dan batuk berdarah. Jika mengalami gejala ini, segera cari bantuan medis darurat.
Dalam beberapa kasus, DVT dapat larut secara alami seiring waktu. Namun, tidak dianjurkan untuk menunggu tanpa pengobatan, karena gumpalan darah yang tidak ditangani dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti sindrom pascaphebitis atau emboli paru. Pengobatan dengan antikoagulan (pengencer darah), terapi trombolitik, atau tindakan medis lainnya sangat dianjurkan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah.