Cara atasi nyeri lutut ada banyak caranya, salah satunya adalah dengan melakukan terapi insomnia. Nyeri lutut dan insomnia sering kali terjadi secara bersamaan atau beriringan. Menurut sebuah studi bentuk konseling yang disebut sebagai terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioral therapy (CBT) dapat membantu mengatasi kedua masalah tersebut.
Terdapat studi dalam jurnal Arthritis and Rheumatology yang melibatkan 100 orang berusia 50 – 70 tahun dengan kondisi osteoarthritis lutut dan insomnia. Mereka terpilih secara acak untuk delapan sesi cognitive behavioral therapy atau pengobatan perbandingan atau terapi desensitisasi.
CBT untuk insomnia menargetkan sikap dan perilaku yang berkontribusi pada penyebab sulit tidur. Secara bertahap terapi ini bis membantu orang untuk mengadopsi cara berpikir yang lebih sehat mengenai tidur, dan kebiasaan yang mendorong tidur nyenyak.
Melalui studi ini, kelompok cognitive behavioral therapy jarang terbarung setelah tertidur. Hal ini terkonfirmasi oleh buku harian tidur dan pemantauan elektronik dari pola tidur mereka. Menariknya lagi, para subjek penelitian, mengatakan nyeri lutut yang mereka alami tidak lagi terlalu mengganggu
Menurut para ahli dalam studi tersebut, susah tidur atau insomnia ada kaitannya dengan kepekaan yang lebih tinggi terhadap rasa sakit. Nah, hal inilah yang membuat nyeri lutut atau osteoarthritis (OA) semakin menjadi-jadi bila pengidapnya mengalami insomnia.
Kenali Penyebab dan Gejalanya
OA adalah bentuk paling umum dari arthritis atau peradangan sendi. Kondisi ini terjadi saat tulang rawan yang menjadi bantalan tulang dengan persendian rusak. Kerusakan ini bisa menyebabkan terjadi gesekan langsung antar tulang. Semakin lama, gesekan ini dapat merusak dan menyebabkan peradangan sendi.
Ketika kondisi memburuk, tulang taji atau tulang ekstra dapat terbentuk pada sekitar sendi. Ligamen dan otot pada sekitar sendi akan menjadi lebih lemah dan kaku.
Umumnya, penyebab OA adalah faktor usia atau penuaan. Namun, ada juga kondisi lain yang bisa memicunya, misalnya rheumatoid arthritis, obesitas, hingga alami cedera pada sendi.
Berikut ini gejala osteoarthritis yang perlu kamu waspadai:
- Sakit pada sendi terdampak dan semakin terasa saat bergerak
- Taji tulang, munculnya tulang tambahan yang terasa seperti gumpalan keras.
- Pembengkakan
- Kekakuan
- Kehilangan fleksibilitas
Nah, jika mengalami gejala-gejala tersebut, atau ingin tahu lebih jauh mengenai cara mencegah osteoarthritis, kamu bisa bertanya langsung pada dokter di klinik Patella.
(FAQ) Cara Mengatasi Nyeri Lutut
Mengatasi nyeri lutut dapat dilakukan dengan beberapa langkah sederhana. Kamu bisa memulai dengan mengompres lutut menggunakan es untuk mengurangi pembengkakan, terutama setelah aktivitas berat. Jika nyeri terus berlanjut, fisioterapi bisa menjadi pilihan untuk membantu meningkatkan mobilitas sendi. Selain itu, istirahat yang cukup dan penggunaan obat pereda nyeri sesuai anjuran dokter dapat membantu mengurangi rasa sakit. Pada kondisi tertentu, dokter juga bisa merekomendasikan suntikan untuk meredakan peradangan.
Nyeri lutut bisa dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari cedera akibat aktivitas fisik, peradangan sendi seperti osteoarthritis (OA), hingga penggunaan lutut yang berlebihan. Beberapa cedera yang umum terjadi antara lain robekan ligamen seperti ACL, patah tulang tempurung lutut atau tulang paha, serta dislokasi tempurung lutut. Jika lutut sering terasa sakit, penting untuk melakukan pemeriksaan guna mengetahui penyebab pastinya.
Pijatan dapat membantu mengurangi ketegangan otot di sekitar lutut dan memberikan rasa nyaman. Namun, perlu dilakukan dengan teknik yang benar dan tekanan yang tidak berlebihan agar tidak memperburuk kondisi sendi. Meskipun pijat bisa memberikan manfaat, tetap perlu diingat bahwa pijatan bukan satu-satunya solusi untuk mengatasi nyeri lutut. Jika nyeri tidak kunjung membaik, berkonsultasi dengan dokter adalah langkah terbaik.
Beberapa jenis makanan dapat memperburuk peradangan pada sendi. Jika kamu mengalami nyeri lutut, sebaiknya mengurangi konsumsi makanan tinggi gula, makanan olahan dan cepat saji, serta daging merah dalam jumlah berlebihan. Selain itu, produk susu tinggi lemak, gorengan, dan makanan yang mengandung gluten atau karbohidrat olahan juga bisa memperparah peradangan. Mengurangi asupan alkohol, kafein, dan garam berlebih juga disarankan untuk menjaga kesehatan sendi.
Beberapa jenis buah yang kaya antioksidan dan memiliki sifat antiinflamasi dapat membantu mengurangi nyeri sendi. Ceri dikenal sebagai salah satu buah yang dapat membantu meredakan peradangan. Selain itu, buah-buahan berwarna gelap seperti blueberry, blackberry, dan delima juga mengandung senyawa yang dapat membantu mengurangi nyeri dan mendukung kesehatan sendi.