Olahraga penyebab sakit lutut mungkin perlu Anda hindari agar sakit lutut tak memburuk.
Memang olahraga memiliki banyak manfaat dan menyehatkan. Namun ternyata ada beberapa jenis olahraga berisiko tinggi yang bisa menyebabkan cedera dan nyeri lutut. Bila hal ini Anda tak pedulikan dan tetap melakukan olahraga ini, mungkin nantinya sendi ini dapat meradang atau berkembang menjadi osteoarthritis (pengapuran).
Menurut Jeffrey B. Driban (Tufts Medical Center, Boston) mengatakan, pelaku olahraga sepak bola, gulat, angkat beban, lari jarak jauh dapat meningkatkan risiko mengalami radang sendi lutut.
Sebuah studi dalam Journal of Athletic Training yang menganalisis ada tidaknya kaitan antara olahraga tertentu dengan meradangnya sendi lutut. Keempat olahraga tadi merupakan jenis olahraga yang berpotensi tinggi menyebabkan sakit lutut dibandingkan dengan olahraga lainnya atau bahkan pada individu yang tidak berolahraga.
Pada intinya, pelaku atau atlet keempat jenis tersebut memiliki risiko meradangnya sendi lutut sebesar 3 sampai 7 kali lebih besar daripada olahraga lainnya, misalnya tinju, menembak dan lainnya.
Daftar Isi
Olahraga Penyebab Sakit Lutut
Dari hasil studi itu, menyimpulkan ada 4 jenis olahraga penyebab sakit lutut yaitu:
- Sepak bola
- Maraton atau lari jarak jauh
- Angkat beban
- Gulat
Dari keempat olahraga tersebut, risiko terbesar pada atlet angkat beban kemudian disusul dengan pesepak bola. Urutan ini mungkin berdasarkan tekanan paling besar pada sendi lutut yang mungkin nantinya akan berujung pada cedera lutut.
Olahraga yang memiliki risiko terbesar pada lutut adalah yang memberikan beban besar pada sendi. Misalnya pelari marathon yang menggunakan sendinya berlari lebih jauh dibanding pelari biasa, atau atlet angkat berat yang membebani sendinya dengan beban yang besar dan berulang-ulang.
Meski begitu tidak semua olahraga lari menjadi salah satu olahraga penyebab sakit lutut. Jika Anda berlatih lari yang jaraknya pendek atau sesuai dengan kemampuan justru mendapat manfaat sehatkan sendi dan struktur sekitarnya.
Begitu juga dengan atlet angkat beban, jika berlatih dengan menggunakan beban yang sesuai juga akan mendapat manfaat kesehatan misalnya membantu menguatkan otot, membantu mencegah terjadinya osteoporosis, mengurangi massa otot, dan lainnya.
Pilihan Olahraga Lainnya
Bagi Anda termasuk penggemar berat olahraga namun memiliki faktor risiko radang sendi lutut, maka sebaiknya konsultasikan dengan dokter mengenai olahraga lainnya yang jauh lebih minim risikonya.
Pilihan olahraga lainnya misalnya berenang, sepeda statis, jalan kaki.
Untuk mencegah terjadinya nyeri saat Anda berolahraga, sebaiknya lakukan peregangan sebelumnya dan setelah olahraga.
‘Obat’ Nyeri Sendi Lutut
Obat nyeri sendi lutut kini sudah memiliki banyak variasi. Pemberian obat ini disesuaikan dengan hasil pemeriksaan dokter dan mungkin hasil pemeriksaan penunjang lainnya seperti Rontgen.
Untuk membantu mengatasi nyeri, dokter mungkin akan menyarankan:
- Injeksi steroid
- Radiofrekuensi ablasi
- Injeksi asam hialuronat atau viscosuplementasi
FAQ: Pertanyaan Seputar Olahraga Penyebab Sakit Lutut Itu Apa Saja
Berjalan santai adalah pilihan olahraga yang baik bagi mereka yang mengalami nyeri lutut karena cenderung memberikan beban lebih ringan pada sendi dibandingkan olahraga berintensitas tinggi.
Nyeri lutut bisa disebabkan oleh berbagai hal, termasuk cedera atau kondisi seperti osteoarthritis. Faktor usia juga dapat berperan, namun nyeri lutut tidak hanya terbatas pada orang tua dan bisa dialami oleh semua usia.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah atau meredakan nyeri lutut meliputi kompres dingin setelah cedera, melakukan fisioterapi, cukup istirahat, dan menggunakan obat pereda nyeri atau mendapatkan suntikan terapeutik sesuai anjuran dokter.
Nyeri lutut setelah berolahraga sering kali disebabkan oleh terlalu banyak tekanan yang diberikan pada lutut selama aktivitas fisik, terutama jika dilakukan dengan intensitas tinggi atau durasi yang lama yang bisa menyebabkan iritasi atau inflamasi.
Ya, beberapa jenis makanan yang sebaiknya dihindari meliputi makanan tinggi gula, makanan cepat saji, daging merah, produk susu tinggi lemak, gorengan, makanan yang mengandung gluten dan karbohidrat olahan, serta minuman beralkohol dan yang mengandung kafein.